Tiga Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto (UPL MPA
UNSOED) yang terdiri dari Dwi Novian Arbi (FH), Aji Kurniawan (FEB), dan Arizal
Maulana (FH) akhirnya melaksankan kegiatan penutup, yaitu
seminar hasil. Kegiatan seminar ini dilakukan pada hari Rabu, 31 Agustus 2016
di Universitas San Marcos, Peru. Seminar ini bermaksud untuk mempresentasikan
hasil kegiatan pendakian Gunung Huascaran dan misi budaya. Misi budaya ini
bertujuan mengenalkan kepada para peserta seminar destinasi wisata Indonesia,
alat musik tradisional, dan beragam makanan khas Indonesia seperti rendang,
opor ayam, tempe mendoan, sate ayam, dan nasi goreng. Jumlah peserta lebih dari
60 orang. Acara yang terhitung sukses karena sesuai dengan apa yang
direncanakan sebelumnya. Kemeriahan dari
para peserta menjadi nilai lebih karena tidak hanya mahasiswa dari Universitas
San Marcos yang menghadiri acara tersebut, melainkan warga yang kursus Bahasa
Indonesia di KBRI Lima dan klub mahasiswa pecinta Asia turut memeriahkan.
Meski sebelumnya tim gagal mencapai puncak
dikarenakan faktor alam yakni longsor salju yang menutupi jalur pendakian yang
tak bisa dilawan dan dihindari, namun tim tetap mampu mengibarkan bendera merah
putih tepat di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 di
ketinggian 5.650 mdpl dari puncak sesungguhnya yaitu 6.768 mdpl di gunung
tertinggi di Peru. Gunung Huascaran adalah gnung tertinggi di Peru dan gunung tropis
tertinggi di dunia. Titik di bumi dengan nilai percepatan gravitasi terendah.
Dengan kata lain puncak tertinggi di bumi jika dihitung dari pusat bumi. Jika
berhasil mencapai puncak maka tim akan menjadi orang Indonesia pertama yang dapat
memuncaki Gunung Huascaran.
Pada
saat operasional, salah satu personil
Arizal, mengalami Accute
Mountain Sickness (AMS)
sehingga dibawa turun ke basecamp. Tim lengkap sempat naik kembali tetapi
kondisi Arizal tidak bisa menyesuaikan ketinggian dan harus kembali turun.
Pendakian pun akhirnya hanya dilanjutkan dua personil dengan berbagai
pertimbangan.
Tim
hanya mampu mencapai ketinggian 5.650 mpdl, padahal Camp 2 berada di ketinggian
5.800 mpdl. Tim memutuskan untuk menyudahi pendakian. Hal tersebut dikarenakan
faktor alam yang sangat ekstrem yaitu longsor salju yang tidak mungkin dapat
dilalui antara jalur Camp 1 menuju Camp 2. Di antara jalur tersebut terdapat
sebuah tempat bernama La
Canaleta (5.500 mpdl),pada
Juli lalu telah terjadi longsor atau biasa disebut Avalanchedan retakan di
sepanjang jalur atau biasa disebut Crevasse.
Tim sempat mencoba Ice Climbing
sepanjang 30 meter di jalur berbeda dengan kemiringan 60-90 derajat, namun
jalur tersebut sulit dilewati karena salju yang rapuh dan mengubur tim.
“Pendakian akan sulit dipaksakan dan harus menunggu lama agar jalur kembali
normal, serta harus menunggu salju kembali padat,” ujar Dwi Novian (Mapala
UNSOED Purwokerto).
Media Sosial