Salam Lestari !
Anggota Muda Divisi Konservasi Gunung Hutan UPL MPA Unsoed, pada tanggal 5 Juli – 7 Juli 2025 melakukan identifikasi tanaman anggrek di Pos 1 dan Gerbang Hutan Jalur Baturaden Lestari Gunung Slamet. Dalam identifikasi ini, anggota muda yang tergabung adalah angkatan Igir Samudra. Mereka adalah Bagus Pranata Wahyulin, Devi Setia Sari, Fadia Nurruzzahwa, Inayati Hasanah, Kevin Arni Sebastian, M. Nabil Maulana D., dan Vanesha Diah Maharani. Mereka didampingi oleh Indra Kurnia Wicaksono (NRP.UPL-2023504) dan M. Irsal Yakhsa (NRP.UPL-2024527). Latihan lapang diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan dan memfokuskan materi yang akan menjadi bekal untuk tahapan pengembaraan selanjutnya, serta mendapatkan data tumbuhan anggrek yang valid sehingga dapat dibuat referensi bagi pihak yang membutuhkan.
Anggota Muda Divisi Konservasi Gunung Hutan & Pendamping |
Keanekaragaman hayati yang melimpah terdapat di kawasan lereng selatan Gunung Slamet, khususnya pada jalur pendakian Gunung Slamet via Baturraden Lestari, Kecamatan Baturraden. Berbagai flora dan fauna dijaga kelestariannya oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Keragaman flora yang ditemukan meliputi anggrek, pakis, epifit, serta berbagai jenis tanaman lainnya. Salah satu flora yang menonjol adalah tanaman anggrek, yang termasuk dalam keluarga Orchidaceae dan dikenal karena keindahan serta keragaman bentuk dan warnanya. Kawasan jalur pendakian Baturraden Lestari di Pos 1 dan Gerbang Hutan dijadikan lokasi analisis vegetasi dalam latihan lapang anggota muda.
Plang Pos 1 jalur pendakian Baturaden Lestari |
Vegetasi Jalur Pendakian Baturaden Lestari |
Metode transek digunakan sebagai pendekatan utama dalam pengambilan data pada kegiatan Latihan Lapang kali ini. Dengan mengikuti jalur lurus melintang yang telah ditentukan, pengamatan dilakukan terhadap tanaman anggrek yang dijumpai sepanjang plot yang dibentuk. Identifikasi tanaman anggrek dilakukan oleh tim anggota muda Igir Samudra UPL MPA Unsoed menggunakan metode jalur (transek) ini. Selain itu, dokumentasi visual juga dilakukan untuk memperkuat data serta sebagai bagian dari inventarisasi anggrek yang ditemukan di lokasi penelitian ini. Analisis vegetasi terhadap tumbuhan anggrek dilakukan pada dua stasiun, yaitu Stasiun 1 di Pos 1 dan Stasiun 2 di Gerbang Hutan. Setiap stasiun dibagi menjadi dua plot dengan jarak antar plot sekitar 15–20 meter, sehingga cakupan area dapat diwakili secara menyeluruh dan analisis dapat dilakukan dengan akurat. Kelestarian hutan di lokasi penelitian masih terjaga dengan vegetasi yang rapat dan didominasi oleh paku-pakuan. Keanekaragaman anggrek diidentifikasi pada rentang suhu sedang, mengingat lokasi analisis berada pada ketinggian antara 750 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut.
Bulbophyllum
pahudii, yang dikenal oleh masyarakat sekitar
sebagai anggrek kepiting, banyak ditemukan dengan ciri-ciri daun berbentuk
oval, kaku, dan berdaging, serta permukaan daun yang licin dengan ujung daun
yang terbelah. Anggrek ini diklasifikasikan sebagai tipe pertumbuhan sympodial
atau pola tumbuh horizontal, yang membentuk rumpun dan memiliki pseudobulb
khas. Habitat tumbuh Bulbophyllum pahudii adalah epifit, yaitu
tumbuh menempel pada batang pohon lain. Selain
Bulbophyllum pahudii ada juga
anggrek lain yang diidentifikasi yakni Pholidota sp., Calanthe
Pulchra, Cymbidium sp., Earina sp., serta Phaius callosus.
Anggrek Appendicula alba Blume |
Anggrek dengan bunga cantik bernama Appendicula alba Blume berhasil ditemukan tumbuh pada pohon inangnya dekat pohon tumbang. Bunga putih kecil dengan struktur bunga lengkap meliputi kelopak bunga, mahkota bunga, dan lidah bunga, menjadi ciri khas anggrek ini. Selain itu, anggrek tipe petumbuhan terestrial (tumbuh ditanah) bernama Phaius callosus berhasil diidentifikasi dalam kondisi mekardengan warna ungu tua atau merah marun (maroon). Beberapa jenis anggrek lain juga berhasil diidentifikasi, antara lain Appendicula sp., Bulbophyllum sp., dan Calanthe pulchra., Pholidota sp., Oeceoclades sp., Phalaenopsis sp., Vanda sp., dan Cymbidium sp.
Data keanekaragaman anggrek yang ditemukan di Stasiun Satu dan Stasiun Dua pada jalur Baturraden Lestari telah dianalisis. Temuan ini menegaskan pentingnya pelestarian anggrek beserta habitat hutannya agar pertumbuhan dan perkembangan anggrek dapat terus terjaga di bumi pertiwi. Kelestarian hutan di jalur Baturraden Lestari tidak hanya dianggap sebagai upaya menjaga keindahan alam, tetapi juga sebagai tanggung jawab bersama demi keberlanjutan keanekaragaman hayati Indonesia untuk masa depan yang lebih lestari.
“Tidak ada UPL yang hebat. Adanya UPL yang terus berlatih!”
Hello Genk!!
0 Komentar