Huaraz, Peru. Rabu 17 Agustus 2016
Tiga pendaki
Indonesia yang tergabung dalam Ekspedisi Soedirman VI Universitas Jenderal
Soedirman memutuskan untuk menyudahi pendakian. Hal tersebut disebabkan karena
faktor alam yang sangat ekstrem yaitu longsor salju yang tak mungkin dilalui
antara jalur Camp 1 menuju Camp 2, di tengah tengah jalur tersebut
terdapat sebuah tempat yang dikenal dengan nama La Canaleta (5500 Mdpl), di
tempat tersebut pada bulan Juli juga terjadi longsor salju atau biasa disebut Avalanche serta terjadi retakan
di sepanjang jalur atau biasa disebut Crevasse.
Tim Ekspedisi
yang diperkuat Dwi Novian Arbi NRP. UPL-2014394/Arya Prasna (Fakultas Hukum
2012), Aji Kurniawan NRP. UPL-2014388/Arya Prasna (Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2012), dan Arizal Maulana NRP. UPL-2016411/Gama Adibrata (Fakultas Hukum 2012)
dari Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Jenderal
Soedirman menyudahi pendakian pada (Selasa, 16/08/16). Tiga mahasiswa yang
tergabung dalam Ekspedisi Soedirman VI Indonesia – Peru 2016 itu belum berhasil
mengibarkan Merah Putih pada puncak gunung dengan ketinggian 6768 Mdpl.
Berikut
kronologis pendakian di Huascaran start awal pendakian dilaksanakan pada (Rabu,
10/08/16) dari Desa Musho, Huaraz, Provinsi Yungay (3000 Mdpl) menuju Basecamp Huascaran (4200 Mdpl)
selanjutnya tim melaksanakan aklimatisasi atau penyesuaian kondisi tubuh
terhadap ketinggian di Basecamp
menuju Morraine Camp (4800 Mdpl) lalu
kembali ke Basecamp. Hari berikutnya lagi tim naik dari Basecamp menuju
Morraine Camp untuk bermalam di sana.
Namun salah satu personil yaitu Arizal Maulana terkena penyakit AMS (Accute Mountain Sickness) sehingga harus
dibawa turun kembali ke Basecamp.
(Sabtu, 13/08/16), Hari 4 Operasional tim naik kembali menuju Morraine Camp untuk aklimatisasi, tetap saja
kondisi tubuh Arizal tidak bisa menyesuaikan dengan ketinggian dan membuat tim
terpaksa harus membawa turun kembali ke Desa Musho. Akhirnya pendakian tetap
dilanjut dengan dua orang personil meskipun banyak pertimbangan lain karena
waktu terus berjalan dan tidak mungkin untuk menunggu hingga waktu lama. Tim
beranjak menuju Camp 1 (5300 Mdpl)
pada Hari 6 Operasional (Senin, 15/08/16) memulai perjalanan jam 10.00 tim tiba
di Camp 1 pukul 16.00. Di Camp tersebut suara gemuruh longsoran
salju yang sangat keras dan terlihat jelas dari La Canaleta bahkan terjadi pukul 18.00 sore yang biasanya longsor
tersebut terjadi pada siang hari antara 11.00 – 15.00.
Perjalanan
dilanjut pada Hari 7 Operasional (Selasa, 16/08/16) Tim beranjak dari Camp 1 pukul 03.00 pagi selasa 16
Agustus 2016 lalu tiba di La Canaleta
pukul 06.00 pagi karena menghindari tiba disana terlalu siang karena rawan
longsor salju. Dari Camp 1 jelas
sekali terlihat beberapa longsoran yang berasal dari La Canaleta yang menyebabkan semua pendaki turun ketika mencapai Camp 1 karena melihat longsoran salju
tersebut. Saat tim tiba disana, dengan melihat jalur yang sama sekali tertutup
oleh longsoran akhirnya memutuskan untuk memutar jalur lain agar bisa mencapai Camp 2. Tim sempat mencoba Ice climbing sepanjang 30 meter di jalur
yang lain dengan kemiringan 60-90°, namun jalur ice climbing sepertinya akan sulit dilewati karena salju yang rapuh
dan beresiko mengubur tim. Tim hanya mampu mencapai ketinggian 5650 mdpl,
padahal Camp 2 berada di ketinggian 5800 Mdpl. Jalur antara Camp 2 menuju puncak Gunung Huascaran
tergolong safety karena tidak ada Crevasse atau retakan disepanjang jalur.
Akhirnya Dwi selaku ketua Tim memutuskan untuk turun sementara sampai Camp 1.
Ploting jalur
kembali dilakukan dan sepertinya longsoran salju tak dapat dihindari. Biasanya
longsoran terjadi antara pukul 11.00 sampai 15.00 tetapi kali ini berbeda
longsoran terjadi setiap waktu. Ketika berhadapan dengan kondisi seperti ini
Tim langsung menelpon dan memberi kabar kepada Ketua Pelaksana yaitu Reza
Kunarto, bahwa “sepertinya pendakian akan sulit dipaksakan dan harus menunggu
waktu lama agar jalur kembali normal dan juga menunggu salju di jalur tersebut
kembali padat” ucap Dwi Novian Arbi. Ketua Pelaksana mengatakan bahwa
“pertimbangkan keselamatan, alihkan fokus ke Budaya”.
Bahkan beberapa pendaki
asal Italia dan Jerman memutuskan turun setelah melihat kondisi jalur di La Canaleta serta mengkomunikasikan
kepada Tim bahwa longsor salju terjadi setiap waktu. Dengan berat hati dan
pertimbangan keselamatan, akhirnya diputuskan untuk tidak melanjutkan
perjalanan menuju Camp 2 dan kembali
turun dengan selamat.
Namun, kegiatan
Ekspedisi Soedirman VI belum berakhir. Tim masih akan melanjutkan misi Budaya
yang akan dilaksanakan akhir Agustus di KBRI Lima yang akan mengundang
mahasiswa Universitas San Marcos lalu warga Peru yang mengikuti kelas Bahasa
Indonesia di KBRI Lima. Tuhan Yang Maha Esa berkehendak lain, faktor alam tak
bisa dilawan dan dihindari hal terpenting adalah Standart Operational Procedure (SOP) telah dipatuhi karena itu
adalah faktor utama untuk keselamatan pendakian dimanapun. Saat ini Tim sudah
berada di Basecamp Huascaran dan
mengadakan upacara bendera Merah Putih di sana. yang Harapan dari kegiatan
tersebut mampu melaksanakan kerjasama budaya Internasional dan dapat memperkenalkan
budaya Indonesia di mata Dunia. Lewat kegiatan ini UNSOED berharap menjadi
Universitas yang mampu menginspirasi Universitas lain di manapun soal Budaya yang
harus dilestarikan karena menjadi ciri khas suatu bangsa dengan mengusung tema “Introducing Indonesia Culture Heritage”.
Dirgahayu Republik Indonesia ke
71!!! (Reza Kunarto NRP.UPL-2014390/AP)
Media Sosial