GENERASI MUDA UPL MPA UNSOED ASAH KETERAMPILAN DI PRAKTIK LAPANG ARUNG JERAM DAN RAWA LAUT

Peserta Praktik Lapang Arung Jeram dan Rawa Laut

Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pecinta Alam (UPL MPA) Universitas Jenderal Soedirman menyelenggarakan kegiatan Praktik Lapang Arung Jeram dan Rawa Laut yang diikuti oleh 28 peserta Pendidikan Dasar XLII. Kegiatan ini dilaksanakan di Bendungan Arca, Banyumas, pada 25–26 September 2025. Melalui kegiatan ini, peserta diharapkan dapat memperdalam pemahaman mengenai dasar-dasar arung jeram dan rawa laut, menumbuhkan semangat petualangan, serta mengimplementasikan nilai-nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi.


Peserta Mempraktikkan Teknik Flip-Floop


Dalam rangkaian kegiatan arung jeram, terdapat salah satu praktik yang sangat penting untuk dikuasai oleh seluruh anggota tim, yaitu flip-flop atau teknik membalikkan perahu. Teknik ini menjadi krusial karena dalam situasi nyata, perahu dapat terbalik akibat berbagai kondisi ekstrem di sungai, seperti hantaman batu besar, gelombang deras di jeram kelas tinggi, atau benturan antarperahu ketika arus semakin kuat. Pada saat seperti itu, kemampuan tim untuk segera membalikkan perahu menjadi faktor penentu keselamatan dan kelancaran pengarungan. Flip-flop atau re-flip dilakukan sebagai prosedur terkontrol untuk mengembalikan perahu ke posisi semula setelah terbalik, baik dalam keadaan darurat maupun sebagai latihan simulasi. Melalui kegiatan ini, setiap anggota tim belajar untuk tetap tenang, bekerja sama, dan mengambil keputusan cepat di tengah situasi berisiko tinggi. Penguasaan teknik ini tidak hanya melatih kekuatan fisik dan keseimbangan, tetapi juga memperkuat komunikasi dan koordinasi tim agar mampu bertahan menghadapi tantangan alam yang keras dan tak terduga.


Secara teknis, tutorial pelaksanaan flip-flop memerlukan tahapan dan ketepatan gerak yang harus dilakukan dengan disiplin oleh semua anggota tim. Langkah pertama adalah memasang webbing pendek (flip-line) pada salah satu D-ring atau tali perimeter yang terdapat di sisi tabung perahu yang terbalik. Webbing ini berfungsi sebagai alat bantu utama untuk memberikan gaya tarik. Setelah itu, salah satu anggota berdiri di sisi berlawanan dari posisi webbing, menjejakkan kaki di atas tabung perahu untuk menciptakan tumpuan yang stabil. Sementara itu, anggota lain dapat membantu menjaga keseimbangan atau memastikan posisi perahu aman dari arus deras. Dengan menggunakan tenaga tangan untuk menarik webbing dan tekanan kaki sebagai pengungkit, perahu secara bertahap akan kembali ke posisi semula. Teknik ini menuntut kekompakan dan koordinasi seluruh anggota agar proses membalikkan perahu berjalan efektif tanpa membahayakan keselamatan siapa pun. Oleh karena itu, latihan flip-flop menjadi elemen wajib dalam pembinaan tim arung jeram, bukan hanya untuk mengasah keterampilan teknis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai solidaritas, ketahanan mental, dan kesiapan menghadapi tantangan nyata di lapangan.

Lebih lanjut, praktik Lapang Arung Jeram meliputi materi dan praktek yaitu teknik dayung dasar, Flip-floop & Climbing Back, pemetaan jeram, dan River rescue. Serta Praktik Rawa Laut meliputi materi dan praktek yaitu teknik lintas lumpur & self resque,  teknik tidur gantung (hammock) & Camp Rawa, botani rawa & identifikasi, teknik rescue rawa laut dan Perapian para - para. Kegiatan ini menghadirkan instruktur dan pelatih arung jeram serta rawa laut yang telah menempuh pengembaraan dan pendidikan lanjutan untuk memberikan materi serta mentransfer ilmu kepada peserta Pendidikan Dasar UPL MPA Unsoed ke-XVII. Pada awal pemaparannya, para instruktur menyampaikan materi mengenai sejarah, peralatan dan perlengkapan, etika berkegiatan, serta cara berkomunikasi di lingkungan alam basah, baik pada arus deras maupun di rawa yang tenang

Peserta Mempraktikkan Teknik River Rescue
Peserta Mempraktikkan Cara Tidur Gantung di Hammock


Selain itu, peserta juga diajarkan untuk menjaga kelestarian lingkungan di mana pun berada. Pada sesi perapian, mereka mempraktikkan pembuatan para-para atau tatakan untuk memasak di area yang tergenang air. Peserta turut diarahkan memungut sampah di sekitar lokasi kegiatan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap alam. Setiap kegiatan, baik penelitian maupun penjelajahan, harus dilaksanakan dengan menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan agar tidak merusak habitat serta keanekaragaman hayati di sekitarnya.

Reactions

Posting Komentar

0 Komentar