UPL KAMPANYEKAN LINGKUNGAN HIDUP LEWAT BERSEPEDA KE JAKARTA


Septian Hery Saputra, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman mudik menggunakan sepeda ke Jakarta. Septian juga merupakan pengurus aktif di UKM Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Jenderal Soedirman (UPL MPA Unsoed).
Tidak ada alasan untuk menjadi luar biasa, keluar dari zona nyaman dan melampaui batas diri adalah cara terbaik untuk mengukur diri. Demi menjalankan misi tersebut, Septian atau biasa disapa Asep sudah berlatih sejak 3 bulan lalu untuk menggeber fisik dan mental.  Hal tersebut sangat dibutuhkan karena dalam perjalanan panjang ini ia hanya seorang diri. Sepeda yang digunakan adalah Polygon Strattos S2 jenis roadbike dengan beberapa aksesoris seperti backrack, safety light dan perlengkapan cadangan seperti ban dalam, rantai, pompa dan yang paling penting adalah P3K.
Perjalanan ini ditempuh dengan rute Purwokerto - Bumiayu - Brebes - Cirebon - Cikampek - Bekasi – Monas atau sekitar 400km. Septian mulai mengayuh pada hari Kamis, 4 Febuari 2016 dan berakhir pada hari Sabtu, 6 Febuari 2016. Hari pertama Septian berhasil menempuh rute Purwokerto - Ajibarang - Bumiayu – Brebes. Medan yang dilalui sangat berat dengan kontur Bumiayu yang daerah perbukitan. Selain itu, di daerah Prupuk Septian melalui jalan yang berada di tepi sungai. Jalan ini cukup menguji mental dikarenakan hujan deras dan kondisi jalan rusak serta sempit. Septian sempat berhenti mendadak karena otot kaki kanan tertarik yang berujung terpentalnya Septian ke sebelah kiri, ia segera menyemprotkan aerosol yang dibawanya. Aeorosol dapat membantu meringankan nyeri yang timbul. Setelah beristirahat, Septian melanjutkan perjalanan dengan kecepatan 30km/jam. Pukul 16.00, jarak di speedometer sudah menunjukkan angkan 116 km. Septian sudah sampai di Brebes. Kemudian Septian bermalam di rumah Ali Fauzan (alumni Fakultas Hukum Unsoed).
Hari kedua adalah hari pembantaian dengan jarak terpanjang ditambah terik panas daerah Pantura. Rute yang ditempuh adalah Brebes - Cirebon - Indramayu - Cikampek. Walaupun rute cenderung datar tapi tekanan mental sangat banyak. Mulai dari angin Pantura, kendaraan berat, terik matahari dan jalur yang monoton. Perjalanan dimulai usai subuh. Diawali dengan berdoa dan minum segelas kopi, Septian kembali mengayuh sepedanya. Ketika melihat gardu perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, bagai suntikan semangat yang menjalar dari betis hingga kepala, Septian pun lebih bersemangat mengayuh sepedanya karena sudah berhasil melintasi satu provinsi. Setelah sarapan di daerah Cirebon, musibah pun datang. Ban belakang tiba-tiba bocor, terpaksa Septian harus mengganti ban dalam. "Untung saya bawa ban dalam cadangan, jadi persiapan itu sangat penting untuk menunjang oprasional" ungkapnya. Lewat pukul 12.00 perjalanan semakin berat. Terpaan angin kencang membuat Septian sulit untuk menstabilkan laju sepeda. Ditambah keadaan jalan yang sepi membuat tidak adanya bantuan untuk memecah angin. Alhasil untuk mencapai 20km/jam saja terasa sangat sulit. Setelah berjuang seharian, pada pukul 20:15 Septian sampai di Cikampek dan bermalam di rumah salah satu anggota  UPL, Budi Dharmala.
Hari terakhir adalah tahap penyelesaian dengan rute Cikampek - Jakarta. Perjalanan dimulai agak siang yaitu pukul 08.00. Hal ini disengaja karena hari sebelumnya merupakan perjalanan terpanjang maka pemulihan tenaga lebih lama. Perjalanan ini adalah yang termudah dari sebelum-sebelumnya. Jadi ritme sepeda pun cenderung santai. Ketika sampai di Cikarang Septian mengunjungi rumah alumni UPL MPA Unsoed, Bang Andi. Di sana mereka saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan berbagi tips seputar sepeda karena Bang Andi juga pecinta sepeda. Setelah beristirahat sekitar 2 jam Septian melanjutkan perjalanan menuju garis finish. Jalur yang di lewati yaitu Kalimalang. Jalur yang dilalui sangat berdebu dan macet. Pengguna jalan di Jabodetabek sangat tempramen terlihat dari pengendara motor dan mobil yang tidak menghargai hak para pesepeda sebagai pengguna jalan. "Kesabaran dan jaga emosi adalah kuncinya," kata Septian. Sekitar pukul 16.00, Septian sudah sampai di garis akhir. Sesampainya dirumah Septian langsung mencium tangan ibunya dan mengucap syukur alhamdulilah.
"Bahagia bisa mendapatkan kesempatan itu, bisa melewati tiap etape dengan selamat. bertemu dengan rekan sepeda dijalur yang saya lewati, saya sangat kagum dengan keramahan dari para pecinta sepeda. Baru pertama ketemu tapi sudah sangat akrab seakan otak dan hati kita sudah terprogram dengan chip yang sama sejak awal," kata Septian ketika sampai di garis akhir.
Misi untuk mengkampanyekan lingkungan hidup telah dilaksanakan selama 3 hari 2 malam. UPL MPA Unsoed berharap Septian dapat mempromosikan aksi ramah lingkungan melalui kegiatan bersepeda dan membawa perubahan terhadap masyarakat umum dan mahasiswa Unsoed khususnya. Organisasi kami juga berharap, lewat sepeda kami dapat menularkan ke teman-teman sesama mahasiswa untuk menjadikan gaya hidup sehat dan lebih cinta lingkungan dengan bersepeda ke kampus.
Hal ini dikarenakan dengan bersepeda kita dapat mengurangi pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor dan menjadikan diri pribadi yang lebih sehat. Kedepannya sepeda bisa menjadi budaya yang dapat menerabas setiap elemen terkecil masyarakat, yang didalamnya tidak ada batasan kasta, pangkat, strata serta jabatan, karena sepeda menjadikan kita semua sama dimata alam. "Bersepeda menurut saya sebuah kerinduan untuk mengurai kemacetan dari diri sendiri, sepeda juga bisa memanjakan alam atas keramahan lingkunganya" pungkas Septian, pria berusia 22 tahun tersebut. Hellogenk!!!
Reactions