DI ANTARA LAMUN DAN LAUT: MEREKAM EKOLOGI LEWAT CANGKANG KECIL

 

Divisi Konservasi Padang Lamun

Anggota Muda Divisi Konservasi Padang Lamun UPL MPA Unsoed, pada tanggal 22 Juli–26 Juli 2025 melakukan analisis hubungan kualitas air dengan kondisi lamun dan gastropoda yang terdapat di kawasan Pantai Karapyak, Desa Bagolo, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran. Tim penelitian ini terdiri dari Habib Manarul Huda, Hasna Nazhimah Rasya, Ihsaan Hanafi, Merelyne Shinta Probhowati, Rina Melinda Dewi Asih, Wildan Mufti Mursalin, Zebi Femi Ibrahim Aryanto yang didampingi oleh Muhammad Dika Ardani (NRP.UPL-2023512/EK) dan Alfi Alifia Ghaisani (NRP.UPL-2024513/CK). Try Out dilakukan untuk menerapkan keterampilan pengambilan data di lapangan sesuai dengan apa yang telah dipelajari dari jurnal dan kegiatan sebelumnya.

            Kawasan Pantai Karapyak merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki potensi keanekaragaman hayati tinggi, terutama pada komunitas lamun dan gastropoda laut. Ekosistem lamun di kawasan ini berperan penting dalam menjaga stabilitas pesisir, menyediakan habitat, serta sumber makanan bagi berbagai organisme laut, termasuk gastropoda. Gastropoda laut dan vegetasi lamun sering dimanfaatkan sebagai bioindikator kualitas perairan karena keduanya sensitif terhadap perubahan lingkungan seperti pencemaran dan sedimentasi. Keberadaan, kelimpahan, dan jenis lamun serta gastropoda yang ditemukan mencerminkan tingkat kesehatan dan keseimbangan ekosistem pesisir di Pantai Karapyak.

Pengambilan Sampel

Metode transek kuadran digunakan sebagai teknik pengambilan data pada kegiatan Try Out ini. Analisis dilakukan dengan menggunakan transek atau garis lurus yang ditarik di atas area pengamatan, serta kuadran atau bingkai berbentuk segi empat yang diletakkan di sepanjang garis tersebut. Sampel lamun dan gastropoda diambil dari setiap kuadran, serta salah satu titik pengukuran kualitas air di sepanjang transek. Dokumentasi visual juga dilakukan untuk membantu mengenali spesies lamun dan gastropoda yang belum teridentifikasi, memperkuat bukti lapangan, dan mendukung proses klasifikasi. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun dibagi menjadi lima kuadran berukuran 50cm x 50cm. 

            Pengukuran kualitas air dilakukan secara langsung di lapangan, dengan mencatat parameter suhu, salinitas, pH, kekeruhan, dan kecepatan arus. Sampel lamun dan gastropoda dikumpulkan dari setiap kuadran menggunakan kantong ziplock berlabel. Kantong ziplock digunakan untuk menjaga kejelasan lokasi asal sampel, penyimpanan sementara di lapangan, meminimalkan risiko kontaminasi silang, dan memudahkan proses identifikasi di luar lokasi pengambilan. Seluruh sampel disimpan dalam coolbox yang berisi es batu untuk menjaga stabilitas suhu hingga dilakukan analisis lebih lanjut.

Tanaman Lamun


Berdasarkan hasil pengamatan tim lapangan, Thalassia hempricii tercatat sebagai spesies lamun yang paling mendominasi di lokasi penelitian. Lamun ini memiliki ciri khas daun berbentuk pita panjang, tumbuh rapat dan menyebar di dasar perairan dangkal. Keberadaan Thalassia hemprichii dalam jumlah besar mengindikasikan bahwa kondisi fisik dan kimia perairan termasuk kualitas air masih mendukung pertumbuhannya. Jenis lamun ini berfungsi penting dalam menjaga kestabilan sedimen, menyediakan oksigen melalui proses fotosintesis, dan menjadi tempat hidup bagi biota laut seperti ikan juvenil, siput laut, dan berbagai jenis invertebrata lainnya. Tim juga mencatat keberadaan spesies lamun yang lain seperti Enhalus acoroides dalam jumlah sedikit.

Lunella cinerea

Keberadaan Lunella cinerea yang merupakan salah satu spesies gastropoda unik yang ditemukan di Kawasan Pantai Karapyak. Lunella cinerea memiliki cangkang bulat dan tebal berwarna abu-abu kehijauan serta permukaan yang halus. Lunella cinerea juga berperan penting dalam menjaga kebersihan daun lamun dengan memakan mikroalga yang menempel. Keberadaannya di ekosistem lamun yang sehat menunjukkan bahwa kawasan tersebut masih mendukung kehidupan biota laut yang sensitif dan bernilai ekologis tinggi. Tim juga mencatat keberadaan spesies gastropoda yang lain seperti Acanthinucella punctulata, Clypeomorus bifasciata, Ergalatax martensi, Nerita albicilla, Cytharomorula grayi, Morula zebrina, Clypeomorus pellucida, Euplica scripta, Paciocinebrina scelera, Paciocinebrina circumtexta, dan Lirabuccinum dirum.

            Kegiatan Try Out Divisi Konservasi Padang Lamun UPL MPA Unsoed di Kawasan Pantai Karapyak berhasil memberikan gambaran mengenai hubungan kualitas air dengan kondisi lamun dan gastropoda. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ekosistem lamun masih tergolong sehat, ditandai dengan dominasi Thalassia hempricii dan kehadiran spesies gastropoda seperti Lunella cinerea yang sensitif terhadap perubahan lingkungan. Keanekaragaman biota yang tercatat mencerminkan bahwa kawasan ini memiliki nilai ekologis tinggi serta potensi sebagai lokasi pemantauan lingkungan jangka panjang. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk upaya konservasi berbasis data serta meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga ekosistem pesisir, khususnya di wilayah Pantai Karapyak.

 

 

“Lewat lamun yang bergoyang dan cangkang yang diam, Karapyak menyimpan pelajaran yang hanya bisa dibaca oleh mereka yang mau mendengar bisikan laut.”


Reactions

Posting Komentar

0 Komentar