SIMULASI RAWA LAUT ANGGOTA MUDA CHARAKA EKAWIRA 2021

HELLO GENK!!!


Kami dari Tim Rawa Laut Anggota Muda UPL MPA Unsoed melakukan praktik lapangan pertama yang dinamakan “simulasi” untuk mengetahui medan dan kondisi alam di rawa laut, karena kita selaku dari tim divisi rawa laut wajib mengetahui seluk beluknya rawa laut. Sesuai yang direncanakan tim kami merencanakan untuk jalan-jalan dan belajar survival di Rawa Laguna Segara Anakan, Cilacap (search google bila ingin mengetahui lebih lanjut). Kami disini menyampaikan pengalaman kami selama 3 hari 2 malam di daerah Desa Motehan dan sekitar hutan mangrove-nya serta cara survival kami yang sebagai pemula berpetualang di sana. Perlu diketahui bahwasannya kami sebagai pemula juga didampingi oleh Anggota Biasa UPL MPA Unsoed yang sudah cukup memiliki pengalaman dalam mengarungi rawa di daerah tersebut, sehingga bila ingin mencoba berpetualang di daerah tersebut disarankan untuk ditemani orang yang sudah paham terkait survival di alam bebas, khususnya di rawa.


Kami bersembilan berangkat dari sekretariat UPL MPA Unsoed, Purwokerto menuju Pelabuhan Seleko, Cilacap Selatan sekitar pukul 09.05 WIB, waktu yang pas untuk berangkat (tidak terlalu pagi dan terlalu siang). Karena jarak dari Purwokerto - Cilacap Selatan hanya 54 km dengan medan jalan yang tidak berkelok. Kami tiba di Pelabuhan Seleko 2 jam setelah menempuh perjalanan menggunakan pick up. Karena berpetualang di rawa sangat membutuhkan perahu karet, dayung serta mesin perahu maka kami meminjam barang-barang tersebut kepada BPBD Banyumas (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Perahu karet beserta barang-barang pendukungnya diangkut menggunakan pick up. Dengan adanya perahu karet tersebut pula Tim kami terbagi menjadi 2 untuk keberangkatan dari Pelabuhan Seleko ke Dermaga Motehan. Tim 1 menggunakan perahu compreng (perahu umum yang berbayar, hanya Rp. 10.000 untuk sekali perjalanan), dan tim 2 berangkat menggunakan perahu karet. Tim 1 berangkat dari pukul 12.16 WIB dan tim 2 berangkat 12.30 WIB. Perlu diketahui terkait jadwal perahu compreng yang mengangkut menuju jurusan Dermaga Motehan, ada jurusan pagi (sekitar pukul 07.30-8.00 WIB), kemudian pukul 12.30 -13.00 WIB untuk jurusan siang, serta sekitar sore pukul 14.30-15.00 WIB.

Kami tiba di Dermaga Motehan pada pukul 14.25 WIB (satu jam setengah dari Seleko) bagi yang menggunakan perahu compreng, sedangkan Tim yang membawa perahu karet sudah tiba beberapa saat sebelumnya. Hal ini disebabkan menggunakan perahu compreng itu tidak bisa ngebut dan memang fungsinya sebagai angkot/bus/angkutan umum seperti biasanya, sedangkan dengan perahu karet kecepatan bisa diatur sedemikian rupa. Pada pukul 15.05 WIB setelah melakukan pemanasan dan persiapan menuju hutan mangrove sekitar Desa Motehan, kami berangkat menuju rawa tersebut dengan perahu karet. Jauh hari kami sudah menetapkan beberapa titik koordinat pada peta yang dijadikan tempat tujuan kami sehingga kami sudah memiliki tujuan perjalanan dari titik A hingga titik F yang jarak tempuhnya sejauh 1,4 km. Bila menuju Titik A dari Dermaga Motehan belok kiri lalu menuju pertigaan sungai dan selanjutnya berbelok menuju sungai yang lebih sempit. Lalu, sesampainya kami di titik A (koordinat 7°42’27.7’’ LS - 108°52’50.4’’ BT), Tim terbagi menjadi dua, tim pertama membuat flying camp sedangkan yang satunya mencari makanan untuk besok sarapan.

Air laut pun sedang surut-surutnya saat kami tiba di dekat tempat titik, sehingga menyulitkan kami untuk berjalan menuju pohon yang sudah kami targetkan sebagai tempat tidur kami serta menjelajahi sekelilingnya. Namun, kami tidak langsung hilang akal, beberapa dari kami menyeberangi sungai yang menjadi start penjelajahan esok hari dan kami menemukan buah nipah yang rasanya selezat kelapa namun berbentuk seperti kolang kaling. Tidak sulit menemukan buah nipah karena hutan ini kaya akan pohon nipahnya. Buah yang bisa dimakan yaitu buah yang cangkangnya lebih besar dari yang lain dan terlihat tebal dari luar. Bila ingin mengupasnya, maka gunakan golok untuk melepas kulitnya dari dagingnya. Selain itu, kami mencari keong serta menemukan dua kerang dengan susah payah. Sangat sulit bagi sebagian dari kami (beberapa perempuan) untuk berjalan mencari makanan dikarenakan lumpur , hingga menjelang adzan maghrib-pun kami masih terjebak di lumpur dan berusaha untuk naik ke daratan. Namun hasil nihil, tiap kami naik, badan kami dipaksa mundur ke air sehingga harus lebih cepat lagi dalam mendaki daratan di lumpurnya. Akhirnya kami mampu menaiki daratan lumpur tersebut, namun apalah daya baju kami kotor sekali dan harus dibersihkan di rawa, tentu saja kami harus turun lagi untuk membersihkan seluruh badan kami.



Hal ini menyebabkan jadwal waktu yang kami rencanakan mundur beberapa jam. Namun tetap saja, dikarenakan waktu keberangkatan yang tidak pas (seharusnya mengambil waktu jurusan pagi saja ketimbang waktu siang) serta air yang surut, kami tidak bisa melakukan flying camp di pohon dengan mengikat hammock di ranting-ranting kuat pada pohon. Jadi pada malam ini kami berinisiatif untuk tidur di salah satu rumah warga Desa Motehan (dengan membayar sejumlah uang, tidak gratis) dan sebagian ada yang tidur gantung di posko desa. Karena persiapan evaluasi dari anggota biasa yang mendampingi kami serta masak makanan untuk mengenyangkan perut, kami tidur tepat 23.30 WIB dengan nyenyak. Kami berharap esok merupakan hari survival. Walaupun namanya survival, kami berharap semoga diberi kemudahan dalam menjelajahi rawa dengan survival (kegiatan tanpa makan dan minum yang kami bawa dari Purwokerto, namun bisa memakan makanan hasil tangkapan dari rawa tersebut serta tidur gantung di pohon-pohon). Saat tidur kami ditemani hujan nan lebat dan rasa syukur kami tambah, sebab masih bisa tidur di tempat yang nyaman saat kegiatan simulasi di hari pertama ini.

Hujan masih mengguyur Desa Motehan sejak tadi malam hingga pagi ini. Bukan badai memang, namun gerimis tetap saja membuat hawanya dingin dan sudah pasti menghambat aktivitas kami. Suasana yang lebih enak untuk tidur daripada bangun dan melanjutkan perjalanan. Pukul 05.00 WIB, kami baru memulai aktivitas camp dan membereskan perlengkapan yang masih tercecer sisa memasak tadi malam serta mempersiapkan peralatan dan perlengkapan untuk melanjutkan perjalanan. Tim memulai kegiatan dengan SKJ, pemanasan dilakukan pukul 07.45 WIB selama 10 menit. Hujan bukanlah halangan, pukul 08.05 WIB kami langsung berangkat menuju titik A, titik awal perjalanan kami dimulai. Tim penjelajah dan tim pendukung mulai bergerak ke titik F sesuai dengan peta masing-masing. Tim penjelajah melewati belukar-belukar jeruju untuk menuju titik B. Melewati medan yang berlumpur dan tergenang air, akhirnya kami tiba di titik B pukul 09.00 WIB. Tim beristirahat sejenak untuk sekedar menghilangkan dahaga, kami kembali melanjutkan perjalanan setelah dua menit berlalu.



Perjalanan kami tidak hanya disuguhi tumbuh-tumbuhan liar saja, namun ada beberapa fauna yang jarang kami lihat berada di sana, seperti Turritella communis atau kerang menara biasa, green tiger snail, Ellobiidae, kepiting, kelabang, nyamuk, kupu-kupu, kepik, dan lalat. Sayangnya kami tidak menjumpai hewan bangsa aves atau mamalia di sekitar kami menjelajah. Tim kembali menghadapi belukar jeruju dan tanaman lainnya seperti nipah, jerukan, dan api-api kami sampai pada titik C sekitar pukul 10.00 WIB. Saat berada di titik C, kami melakukan penjelajahan pada titik C sambil mencari nipah untuk kami konsumsi. Anggap saja sebagai pengganjal perut saat kami kelaparan selama perjalanan. Pukul 10.30 WIB kami melanjutkan perjalanan lagi menuju titik D. Di sini kami akui medan cukup berat untuk dilewati. Tidak hanya berperang melawan jeruju, kami juga harus berhati-hati dengan sarang semut yang rumahnya tidak sengaja kami rusak. Pada akhirnya kami sampai di titik D pukul 11.45 WIB.

Cukup lama kami berada di titik D untuk menunggu Tim pendukung datang. Selagi menunggu, kami menjelajah sekitar titik D untuk mencari fauna yang dapat kami konsumsi. Setelah tim pendukung datang, kami melanjutkan penjelajahan dan perjalanan menuju titik F dan tiba pukul 12.50 WIB. Tim kembali lagi menuju titik camp, pukul 13.05 WIB, kami memulai aktivitas camp untuk kegiatan survival hari ini. Seluruh anggota Tim bekerja sama. Ada yang membuat perapian untuk memasak, flying camp untuk tidur nanti malam, dan mencari tambahan nipah untuk konsumsi. Menjelang kegiatan ishoma, yaitu pukul 16.00 WIB, air mulai surut. Kami mulai kesulitan untuk menyebrang karena lokasi kami menginap dipisahkan oleh sungai kecil yang arusnya menuju sungai utama. Sayangnya konsumsi sore itu bisa dikatakan gagal. Siput yang kami kumpulkan untuk dimasak nyaris tidak dapat dimakan karena tidak matang. Akhirnya kami hanya memakan nipah untuk mengganjal perut hingga esok pagi. Tiap anggota hanya memakan 2 buah nipah yang ukurannya tidak seberapa, setidaknya hari ini ada yang kita kunyah untuk mengelabui lambung yang sudah perih. Semakin malam, air semakin surut, semakin kita susah untuk berjalan diatas lumpur. Pukul 19.00 WIB kami mulai naik ke atas hammock kami masing-masing untuk evakord dan dilanjutkan istirahat. Para peserta tidur dengan keadaan baju basah dan kotor karena kami terjebak dalam surutnya air yang membuat kami terjebak di dalam lumpur. 



Fajar menyingsing di tempat camp, suara mesin compreng terdengar nyaring lalu lalang melintasi sungai di samping pulau. Pukul 04:30 WIB semua terbangun dari tidur dan beranjak turun dari hammock menuju bawah pohon. Batang dan ranting pohon yang basah dan licin membuat anggota harus ekstra hati-hati. Semua terbangun dalam kondisi lapar, oleh karena itu, anggota langsung menuju perahu dan mencari makanan. Aktivitas dilanjutkan dengan melakukan kegiatan memasak untuk sarapan, semua anggota terlibat dalam proses ini. Sambil memasak, ada anggota lain yang melepas hammock dari pohon dan membereskan barang-barang di perahu. Selesai sarapan, kegiatan selanjutnya adalah latihan dayung perahu. Pendamping mengajarkan cara mendayung perahu, mulai dari cara maju, mundur, belok kanan dan belok kiri. Semuanya mencoba dengan antusiasme yang tinggi dan bersemangat (walau kebanyakan dari kami mendayung dengan jalur ular, belum bisa bersinergi hingga memposisikan perahu berjalan  lurus).

Latihan dayung perahu selesai. Tim melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Motehan untuk bersiap-siap untuk kepulangan. Sampai Motehan, anggota Tim langsung membersihkan diri dari bau air rawa dan mengecek barang-barang yang ada. Setelah semua lengkap, Tim dibagi dua untuk kepulangan ke Pelabuhan Seleko, ada yang naik kapal karet dan ada yang naik compreng. Tim pun berangkat sesuai rencana. Sampai Sleko, anggota dengan cekatan menaikkan kapal karet beserta barang-barang yang dibawa. Setelah dinaikkan, kami semua makan cemilan yang tersisa sambil bercengkrama satu sama lain. Mobil jemputan pun tiba, kami lalu menaikkan barang-barang dan perahu ke atas mobil dan menuju ke basecamp pengembaraan di Cilacap, tepatnya di seberang pantai Tegal Kamulyan. Tim menuju kesana karena ada trouble pada mesin perahu karet, setelah trouble selesai, perjalanan menuju sekretariat pun dilanjutkan. Tepat pukul 20:00 WIB, Tim tiba di sekretariat dengan kondisi sehat. Acara selanjutnya adalah penutupan lalu evakoord dan dilanjutkan dengan bersih-bersih alat. Aktivitas selesai sekitar pukul 01:00 WIB pagi.


"Tidak ada UPL yang hebat. Yang ada UPL yang terus berlatih"

Posting Komentar

0 Komentar