Jejak Budaya yang Dilestarikan: Konservasi Adat Bonokeling di Pekuncen, Jatilawang

 

Tim Divisi Konservasi Anggota Muda Cakar Karang telah melakukan kegiatan pertamanya di masa pengembaraan, yaitu simulasi Anggota Muda Cakar Karang divisi Konservasi di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang pada tanggal 10-12 Mei 2024. Kegiatan ini dilakukan oleh tujuh orang anggota muda Cakar Karang dan dua orang pendamping anggota biasa. Kegiatan ini merupakan salah satu tahapan awal di masa pengembaraan anggota muda Cakar Karang  dan salah satu syarat untuk mendapatkan predikat anggota biasa UPL MPA Unsoed. Pada kegiatan ini kami mendapatkan tema konservasi sosial budaya yakni meneliti mengenai eksistensi budaya Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang dengan menerapkan beberapa materi dasar seperti Studi kasus lingkungan, Teknik observasi kawasan, Metodologi penelitian, dan Manajemen perjalanan di Desa Bonokeling.

Gambar 1. Tim Konservasi AM CK Bersama Pendamping dan Ki Sumitro 

Kedatangan kami ke Desa Pekuncen untuk melakukan penelitian mengenai adat Bonokeling bukan semata mata karena tugas simulasi yang merupakan tahapan pengembaraan, tetapi kami juga memiliki rasa penasaran mengenai sebuah komunitas yang masih memegang teguh tradisi dan adat leluhur di tengah modernisasi yang semakin pesat. Kisah tentang adat Bonokeling membuat kami tertarik untuk datang ke desa ini. Bagaimana bisa sebuah komunitas tetap mempertahankan tradisi kuno di era digital ini? Melalui wawancara dan observasi, kami menemukan bahwa kebudayaan Bonokeling sarat dengan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, kesederhanaan, dan rasa hormat terhadap alam. Mereka percaya bahwa keseimbangan antara manusia dan alam adalah kunci kehidupan yang harmonis.

Gambar 2. Wawancara dengan Narasumber Ki Sumitro

Penelitian ini menurut kami sangatlah unik, hal yang paling kami soroti disini yaitu karena suatu kebiasaan dan pola hidup dari masyarakat yang menganut Islam Kejawen atau masyarakat Desa Pekuncen menyebutnya dengan nyandi maupun Islam Tulen yang biasa disebut nyantri. Asimilasi budaya Bonokeling dengan islam menghasilkan Islam Nyandi yang hanya menerapkan 3 syariat Islam yaitu Syahadat, Puasa, dan Zakat. Adat Bonokeling atau Islam Nyandi sendiri merupakan adat yang dibawa oleh Kyai Bonokeling yang belum jelas asal usul serta identitasnya. Islam Nyandi sendiri tidak mewajibkan shalat namun melaksanakan upacara keagamaan yang biasa disebut Perlon. Berdasarkan penuturan ketua adat disana dalam bahasa krama “mboten usah susah susah shalat, namung adab ingkang dipentingaken” Tetapi terlepas dari adanya sedikit perbedaan dari kedua pihak tersebut, tidak pernah adanya suatu perpecahan atau dalam kata lain hidup rukun antar warga nya sangat membuat kami ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai apa itu adat Bonokeling.

Gambar 3. Bakti Sosial di Desa Bonekeling

Dengan adanya kegiatan simulasi ini, diharapkan anggota muda Cakar Karang divisi Konservasi dapat melatih kemampuannya dalam berkegiatan di lingkungan masyarakat. Kerjasama tim sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan di lingkungan masyarakat, semangat yang membara, kekompakan tim, serta menjaga psikologis satu sama lain itulah yang menentukan keberhasilan suatu kegiatan. Satu kunci UPL adalah SEMANGAT! Itu lah yang pendamping selalu ingatkan kepada kita anggota muda Cakar Karang.

Hello Genk !🦉🔥

Reactions

Posting Komentar

0 Komentar